Sampah Organik Bisa Dipakai untuk Memasak
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
menyatakan 80 persen lingkungan di perairan Teluk Jakarta tercemar berat
karena limbah industri dan rumah tangga. (Antara/Vitalis Yogi Trisna)
Jakarta, CNN Indonesia --
Sampah organik dari rumah tangga merupakan salah satu faktor berkurangnya ketersediaan air bersih.Untuk mengurangi hal ini, Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) membuat alat yang dapat mengubah sampah rumah tangga menjadi gas yang bermanfaat.
Alat sederhana bernama BioGas ini dapat mengubah sampah makanan dari rumah tangga menjadi kandungan gas yang menyerupai elpiji.
Menurut Sri Wahyono, Kepala Bidang Tata Kelola Lingkungan BPPT sekaligus peneliti, alat ini mengubah sampah dengan berat 2-3 kilogram menjadi gas yang dapat digunakan untuk memasak hingga 1 jam.
"Alat ini cukup besar, memiliki kapasitas hingga 1.000 liter dan bisa digunakan untuk konversi sampah ke elpiji," ujar Sri dalam acara Seminar Inovasi Teknologi Lingkungan, Senin (15/12).
Cara kerja alat ini, muatan sampah organik dimasukan ke dalam penampungan. Setiap 3 kilogram sampah dicampur dengan 10 liter air. Kemudian sampah ini diendapkan selama 15 hari agar terbentuk mikroba di dalamnya.
Mikroba inilah yang nantinya akan memproduksi kandungan gas yang berasal dari tumpukan sampah.
"Mikroba pada sampah diuraikan tanpa kandungan oksigen, sehingga terbentuk biogas," kata Sri kepada CNN Indonesia.
Sri menambahkan bahwa dengan menggunakan alat ini, setiap keluarga dapat menghemat biaya pengeluaran bahan bakar hingga 50 persen. Pasalnya, gas yang dihasilkan memiliki kandungan pembakar sekitar 60 persen sehingga lebih awet dibandingkan elpiji yang memiliki kandungan hingga 90 persen.
Sri juga menambahkan dengan persentase kandungan bakar ini, gas yang digunakan menjadi lebih aman dan ramah lingkungan. Sehingga risiko terjadinya ledakan saat kebocoran sangat minim.
"Saya jamin sangat aman, ini adalah investasi jangka panjang yang sangat bermanfaat," ujar Sri.
Untuk membuat alat ini, modal yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 3 juta. Tergolong murah jika dibandingkan dengan pemanfaatan yang dapat digunakan jangka panjang.
Hingga saat ini, alat ini telah dikembangkan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri makanan di beberapa kota besar di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar